Sabtu, 10 Desember 2016

HUBUNGAN ANTARA PASAR DAN CIVIL SOCIETY



HUBUNGAN ANTARA PASAR DAN CIVIL SOCIETY
Dalam pandangan Karl Marx, civil society merupakan produk dunia modern dimana kapitalisme telah menciptakan dunia yang subjek individualistis atomistis terkait dengan yang lain dalam ketergantungan. Dalam sudut pandang ini, pasar dipandang sebagai sisi pembangunan masyarakat sipil, sekaligus sebagai instrumen kekerasan dan pemaksaan.
Hubunga antara pasar dan civil society bisa bersifat saling memengaruhi. Pasar dan civil society, dalam perspektif liberal, memiliki karakteristik yang sama, yang otonom, bebas, dan mandiri. Oleh karena itu, hubungan natara civil society dan pasar saling menguatkan dan saling meneguhkan satu sama lain terhadap keberadaan mereka masing-masing. Namun ketika pasar dipandang terlalu serakah dan menimbulkan dampak negatif terhadap kesejahteraan umat manusia, civil society dapat bersifat oposisi terhadap pasar. Gerakan lingkungan hidup sperti gree peace, misalnya, selalu berhadapan dengan perusahaan-perusahaan yang dipandang sebagai perusak lingkungan hidup. Ketika perusahaan minyak Shell dipandang merusak lingkungan hidup dalam mengeksploitasi minyak, maka Gree Peace melakukan aksi damai sampai kekerasan terhadap pengabaian lingkungan hidup oleh Shell.
Hubungan antara civil society dan pasar bisa juga dilihat dalam perspektif sosiologi ekonomi. Menurut perspektif ini civil society memiliki apa yang dinamakan sebagai “civic moral”. Dalam mekanisme ini, peranan civil society sangat aktif. Mekanisme ini sering diabaikan oleh ekonom dan teoritisi tentang negara lainnya (Suparb, 1990). Struktur sosial-budaya msyarakat memainkan peranan yang tidak kalah pentingnya dalam pemebntukan keberhasilan atau kegagalan suatu pembangunan. Orang dalam bertindak selalu meorientasikan tindakannnya terhadap tingkah laku orang lain, melalui makna yang dikonstruksi secara sosial. Orang menginterpretasikan (verstehen) adat, kebiasaan, norma dan kepentingan yang mereka miliki dalam hubungan sosial yang sedang berlangsung. Dalam The Protestant Ethics dan The Spirit of Capitalism, Weber menjelaskan dalam bahwa dalam setiap masyarakat, tindakan ekonomi adalah suatu produk personal, etika, dan pertimbangan sosial. Oleh sebab itu, perilaku melekat dalam banyak aspek kehidupan sosial, budaya, kepercayaan, dan seterusnya. Dalam studi Scott tentang The Moral Economy of the Peasant menunjukan terdapat etika tertentu yang harus diperhatikan oleh penguasa dan penguasa dalam mengahadapi petani yangs edang mengalami krisis subsistensi, misalnya. Sedangkan Evers dan kawan-kawan dalam The moral Economy of Trade, menemukan bahwa kapital sosial (social capital), seperti menjadi orang saleh, danmneghindari seorang pedagang dari rumor sosial tau pengucilan sosial dari masyarakat.
Sumber: Damsar.2010. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar