Senin, 14 November 2016

Sejarah Filsafat Barat



Sejarah Filsafat Barat
Sejarah perkembangan filsafat Barat dapat dibedkan dalam beberapa priode sejarah, yang bermula dari filsafat Yunani kuno sampai pada filsafat abad ke-2. Filsafat Barat, sekalipun baru muncul belakangan dibandingkan filsafat timur, dalam kenyataan mengalami perjalanan yang lebih intens. Dalam perjalanan itu, filsafat Barat ternyata tidak berhenti pada filsafat sebagai pandangan hidup belaka, tetapi berhasil menumbuhkan dan mengembangkan ilmu-ilmu modern, termasuk metodenya, yang kemudian disebarluaskan dis eluruh dunia. Sejak masa filsuf alam sampai berakhirnya abad pertengahan, ada identifikasi antara filsafat dan ilmu. Baru pada abad ke-16 dan 17, muncul revolusi ilmu Eropa. Dengan revolusi itu, mulai ada pemilihan yang lebih tegas antara filsafat dan ilmu-ilmu pada umumnya.
Pada zaman kuno, fokus pembicaraan pada filsafat Barat adalah tentang alam, (makroskomos). Hal ini tampak jelas pada awal kebangkitannya, tepatnya pada masa Thales (625-545 SM), Anaximander (610-547), dan Anaximenes (585-528). Pada masa abad pertengahan, suasananya mulai berubah, dari kosmosentris ke teosentris. Hal ini berkaitan erat dengan pesatnya perkembangan agama kristen di Eropa, yang mulai terjadi pada masa partistik dan mencapai puncaknya pada masa Skolastik. Pengaruh agama yang sangat kuat pada Abad Pertengahan ini mencapai membawa dampak negatif pada kebebasan berfikir, sehingga pada masa ini dikenal sebagai masa kegelapan. Sekalipun demikian, beberapa penemuan ilmiah tetap tidak terhambat. Salah satu diantaranya adalah munculnya revolusi Copercinus yang sekaligus membuktikan kekeliruan kaum gereja pada masa itu. Hal ini menyadarkan banyak orang, sehingga timbul Renaisance, yakni kelahiran kembali manusia dari masa kegelapan panjang yang membelenggu rasio. Renaisance ini mengawali suatu priode, yang disebut masa modern. Pada zaman ini manusialah yang menjadi subjek (antroposentris).
Pada abad ke-19 dan ke-20, manusia tetap sebagai subjek dan realitas. Bedanya, menurut Hamersma perhatian utama tidak lagi dipusatkan pada rasio, empiris, dan ide-ide manusia. Hamersma juga mengemukakan beberapa pendapat yang mengatakan bahwa pada abad ke-20 adalah desentralisasi manusia. Subjek manusiawi tidak lagi dianggap sebagai pusat kenyataan, dan yang menggantikan antroposentrisme dari filsafat antara tahun 1600 dan 1900 itu menurut mereka yang mengemukakan desentralisasi manusia adalah perhatian khusus kepada bahasa sebagai subjek kenyataan kita. Filsafat zaman sekarang disebut logosentrisme. Jika kita kembali kepada pembahasan tentang sejarah filsafat Barat, tampak bahwa terdapat sangat banyak ukuran pembagian yang dilakukan oleh masing-masing sarana. Salah satu pembagian yang sederhana dalam mempelajari sejarah filsafat Barat diberikan oleh hamersma (1990:35), yaitu (1) zaman kuno (600-400 SM); (2) zaman Patristik dan Skolastik (400 SM-100M); (3) zaman mmodern (1500-1800); (4) zaman sekarang (setelah tahun 1800).
Dalam uraian tersebut, pembagian Hamersma ini akan digunakan sebagai dasar. Hanya saja, sebutan untuk zaman Patristik dan Skolastik disini akan dipecah menjadi dua. Zaman Patristik dimasuki sebgai priode terakhir dari zaman kuno, sedangkan zaman Skolastik merupakan penjelasan untuk priode Abad pertengahan. Kemudian untuk masa setelah tahun 1800 akan dibedakan dalam dua kelompok besar, yaitu: (1) filsafat abad ke-19 dan; (2) filsafat abad ke-20. Pada setiap abad-abad tersebut diuraikan secara singkat beberapa aliran filsafat yang menonjol. Dengan demikian, sejarah filsafat Barat dibedakan dalam priode-priode sebagai berikut:
1.       Zaman kuno (600 SM-400 M):
a.       Zaman Prasokrates
b.      Zaman Keemasan yunani
c.       Zaman Hellenisme
d.      Zaman Patristik
2.       Abad Pertengahan (400-1500)
3.       Zaman modern (1500-1800)
a.       Zaman Renaisance
b.      Zaman Barok
c.       Zaman Fajar Budi
d.      Zaman Romantik
4.       Zaman sekarang (setelah 1800), antara lain:
a.       Filsafat abad ke-19
1)      Positivisme
2)      Marxisme
3)      Pragmatisme
b.      Filsafat abad ke-20
1)      Neokantianisme
2)      Fenomenologi
3)      Eksistensialisme
4)      Strukturalisme
Sumber: Aburaera, Sukarno dkk. 2013. Filsafat Hukum: Teori dan Praktek. Jakarta: Prenada Media.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar