Senin, 14 November 2016

Permasalahan Kemiskinan



Permasalahan Kemiskinan
Masalah kemiskinan hingga saat ini masih menjadi issu global. Artinya, kemiskinan tidak hanya menjadi masalah pokok di negara dunia ketiga, tetapi masih menjadi persoalan di negara industri maju. Hampir disemua negara berkembang, hanya sebagian penduduknya yang dapat menikmati hasil pembangunan, sisanya mayoritas penduduk hidup miskin.
Kemiskinan merupakan kenyataan sosial yang tidak dapat dielakan oleh masyarakat. selain dirasakan langsung oleh orang miskin, kemiskinan juga berakibat buruk bagi kehidupan umat manusia. Hal ini karena mata rantai kemiskinan adalah timbulnya masalah lain, seperti pengangguran, kelaparan, kebodohan, dan lainnya. Oleh karena itu, untuk mengurangi masalah itu, tidak sedikit masyarakat menyelesaikannya dengan cara yang bertolak dari norma yang berlaku, yaitu dengan cara tindak kriminalitas.
Selain masyarakat desa, kemiskinan juga melanda masyarakat kota. Kemiskinan pada masyarakat kota lebih mengarah pada mentalitas individualistis, persaingan yang tidak terpandu, yang besar kecenderungannya akan menambah jurang pemisah antara kelompok kaya dan kelompok miskin. Kemudian, muncul konflik yang terjadi akibat dari persaingan tersebut adalah masyarakat lokal sebab pemilik modal dikuasai oleh pihak asing yang mencoba merauk keuntungan dari tenaga kerja lokal tersebut, seperti yang terjadi pada masa kolonialisme sebagai bukti historis.
Kemiskinan merupakan suatu fenomana persoalan struktural dan multidimensional yang mencakup politik, sosial, ekonomi, aset dan lain-lain. dalam kehidupan sehari-hari, dimensi-dimensi kemiskinan muncul dalam berbagai bentuk berikut:
a.       Dimensi politik yang sering muncul dalam bentuk tidak adanya wadah organisasi yang mampu memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat miskin sehingga mereka tersingkir dari proses pengambilan keputusan penting yang menyangkut diri mereka. Mereka juga tidak memiliki akses yang memadai ke berbagai sumber daya kunci yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan hidup mereka secara layak, termasuk akses informasi.
b.      Dimensi sosial dalam bentuk tidak terintegrasikannya warga miskin kedalam institusi sosial yang ada, serta terinternalisasikannya budaya kemiskinan yang merusak kualitas manusia serta etos kerja mereka.
c.       Dimensi lingkungan yang sering muncul dalam bentuk sikap, perilaku, dan cara pandang yang tidak berorientasi pada pembangunan berkelanjutan sehingga cenderung memutuskan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang kurang menjaga kelestarian dan perlindungan lingkungan serta pemukiman.
d.      Dimensi ekonomi yang muncul dalam bentuk rendahnya penghasilan sehingga merekan tidak mampu memenuhi kebutuan hidupnya sampai batas yang layak.
e.      Dimensi aset ini ditandai dengan rendahnya penghasilan masyarakat miskin ke berbagai hal yang mampu menjadi modal hidup mereka, termasuk aset sumber daya manusia (human capital). Peralatan kerja, modal dana, perumahan dan pemukiman san sebagainya.
dari dimensi-dimensi diatas, kemungkinan dapat digolongkan kedalam dua kategori yaitu:
a.       Kemiskinan alamiah, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh kualitas dan kuantitas sumber daya alam dan sumber daya manusia.
b.      Kemiskinan struktural atau buatan, yaitu kemiskinan yang secara langsung atau secara tidak langsung disebabkan oleh tatanan kelembagaan yang memihak pada kepentingan pribadi atau golongan tertentu yang menyudutkan pihak lain.
Orientasi berbagai program penanggulangan kemiskinan hanya menitikberatkan pada salah sau dimensi dari gejala kemiskinan ini, pada dasarnya mencerminkan pendekatan program yang parsial, sektoral dan tidak menyentuh akar penyebab kemiskinan. Akibatnya program-program tersebut tidak mampu menumbuhkan kemandirian masyarakat serta mewujudkan aspek berkelanjutan dari program-program penanggulangan kemiskinan.
Sumber:
Adon Nasrullah Jamaludin.2015. soiologi Perkotaan. Bandung: Pustaka Setia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar