Minggu, 20 November 2016

Pembelajaran Berlangsung Sepanjang Hayat



Pembelajaran Berlangsung Sepanjang Hayat
Belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas. Hal ini berdasarkan pada asumsi bahwa sepanjang kehidupannya manusia akan selalu dihadapkan pada masalah atau tujuan yang ingin dicapainya. Dalam proses mencapai tujuan itu, manusia akan dihadapkan pada berbagai rintangan. Manakala rintangan sudah dilaluinya maka manusia akan dihadapkan pada tujuan atau masalah baru; untuk mencapai tujuan baru itu manusia akan dihadapkan pada rintangan baru pula, yang kadang-kadang rintangan itu semakin berat. Demikianlah siklus kehidupan dari mulai lahir sampai kematian manusia akan senantiasa dihadapkan pada tujuan dan rintangan yang ters-menerus. Dikatakan manusia yang sukses dan berhasil manakala ia dapat menembus rintangan tersebut; dan dikatakan manusia gagal apabila ia tidak dapat melewati rintangan yang dihadapinya. Atas dasar itulah sekolah harus berperan sebagai wahana untuk memberikan latihan bagaimana cara belajar. Melalui kemampuan bagaimana cara belajar siswa akan dapat belajar memecahkan setiap rintangan yang dihadapi sampai akhir hayatnya.
Prinsip belajar sepanjang hayat seperti yang telah dikemukakan di atas sejalan dengan empat pilar pendidikan universal seperti yang dirumuskan UNESCO (1996), yaitu: (1) learning to know, yang berarti juga learning to learn; (2) learning to do; (3) learning to be; dan (4) learning to live together.
Learning to know atau learning to learn  mengandung pengertian bahwa belajar itu pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga berorientasi kepada proses belajar. Dengan proses belajar, siswa bukan hanya sadar akan apa yang harus dihadapi, akan tetapi juga memiliki kesadaran dan kemampuan bagimana cara mempelajari yang harus dipelajari itu. Dengan kemampuan itu memungkinkan proses belajara tidak akan berhenti atau terbatas di sekolah saja, akan tetapi memungkinkan siswa akan secara terus-menerus belajar dan belajar. Inilah hakikat belajar sepanjang hayat. Jika hal ini dimiliki siswa, maka masyarakat belajar (learning society) sebagai salah sau tuntunan masyarakat informasi akan terbentuk. Oleh sebab itu, dalam konteks learning to know juga manakala learning to think atau belajar berpikir, sebab setiap individu akan terus belajar manakala dalam dirinya tumbuh kemampuan dan kemauan untuk berpikir.
Learning to do mengandung pengertian bahwa belajar itu bukan hanya sekadar mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan, tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir penguasaan kompetensi yang sangat diperlukan dalam era persaingan global. Kompetensi akan dimiliki manakala anak diberi kesempatan untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, learning to do juga berarti proses pembelajaran berorientasi kepada pengalaman (learning by experience).
Learning to be mengandung pengertian bahwa belajar adalah membentuk manusia yang “menjadi dirinya sendiri”. Dengan kata lain, belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia. Dalam pengertian ini juga terkandung makna kesadaran diri sebagai makhluk yang memiliki tanggung jawab sebagai khalifah serta menyadari akan segala kekurangan dan kelemahannya.
Learning to live together adalah belajar untuk bekerjasama. Hal ini sangat diperlukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam masyarakat global dimana manusia baik secara individual maupun secara kelompok tak mungkin bisa hidup sendiri atau mengasingkan diri bersama kelompoknya. Dalam konteks ini termasuk juga pembentukan masyarakat demokratis yang memahami dan menyadari akan adanya setiap perbedaan pandangan antara individu.
Sumber: Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar