Senin, 28 November 2016

Kurikulum Tersembunyi (Hidden Curriculum)



Kurikulum Tersembunyi (Hidden Curriculum)
Dalam bukunya The Hidden Curriculum an Overview: Curriculum Perspectives, Seddon (1983) mengungkapkan: ...The hidden curriculum refers to outcomes of education and/or the processes leading to thoses outcomes, witch are not explicity intended by educators. These outcomes are generally not explicity intended because they are not stated by teacher in their oral or weitten list of objective, nor are they included in educational statements of intent such as syllabuses, school policy documents or curriculum project. Kurikulum tersembunyi pada dasarnya adalah hasil dari suatu proses pendidikan yang tidak direncanakan. Artinya, perilaku yang muncul di luar tujuan yang dideskripsikan oleh guru.
Kurikulum pada dasarnya berisi ide atau gagasan. Ide atau gagasan itu selanjutnya dituangkan dalam bentuk dokumen atau tulisan secara sistematis dan logis yang memerhatian unsur scope dan squence, selanjutnya dokumentasi tertulis itulah yang dinamakan dengan kurikulum yang terencana (curriculum document or writen curriculum). Salah satu isis yang harus dicapai oleh peserta didik. Tujuan itulah yang selanjutnya dijadikan pedoman oleh guru dalam proses pembelajaran sebagai tahap implementasi kurikulum. Pada kenyataannya hasil dari proses pembelajaran itu selain sesuai dengan tujuan perilaku yang dirumuskan, juga ada perilaku sebagai hasil belajar di luar tujuan yang dirumuskan. Inilah hakikat dari kurikulum tersembunyi, yakni efek yang muncul sebagai hail belajar yang sama sekali di luar tujuan yang dideskripsikan.
Kemudian faktor apa saja yang dapat memepengaruhi hasil yang tidak direncanakan itu? Ada dua aspek yang dapat mempengaruhi perilaku sebagai hidden curriculum itu, yaitu aspek yang relatif tetap dan aspek yang dapat berubah. Yang dimaksud dengan aspek relatif tetap adalah ideologi, keyakinan, nilai budaya masyarakat yang memengaruhi sekolah termasuk di dalamnya menentukan budaya apa yang patut atau tidak patut diwariskan kepada generasi bangsa. Aspek yang dapat berubah meliputi variabel organisasi sistem sosial dan kebudayaan. Variabel budaya meliputi bagaimana guru mengelola kelas, bagaimana pelajaran diberikan, bagaimana kenaikan kelas dilakukan. Sistem sosial meliputi bagaimana pola hubungan sosial antara guru, guru dengan peserta didik, guru dengan staf sekolah, dan lain sebagainya.
Menurut Bellack dan Kiebard, hidden curriculum memiliki tiga dimensi yaitu:
1.      hidden curriculum dapat menunjukan suatu hubungan sekolah, yang meliputi interaksi guru, pesrta didik, struktur kelas, keseluruhan pola organisasional peserta didik sebagai mikroskomos sistem nilai sosial.
2.      hidden curriculum dapat menjelaskan sejumlah proses pelaksanaan di dalam atau di luar sekolah yang meliputi hal-hal yang memiliki nilai tambah, sosialisasi, pemeliharaan struktur kelas.
3.      hidden curriculum mencakup perbedaan tingkat kesenjangan (internasionalitas) seperti halnya yang dihayati oleh para peneliti, tigkat yang berhubungan dengan hasil yang bersifat insidental. Bahkan itu kadang-kadang tidak diharapkan dari penyusunan kurikulum dalam kaitannya dengan fungsi sosial pendidikan.
Dalam dimensi pelaksanaan implementasi kurikulum di dalam kelas atau pengembangan kurikulum dalam skala mikro, kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) memiliki maksna: pertama, kurikulum tersembunyi dapat dipandang sebagai tujuan yang tidak tertulis (tersembunyi), akan tetapi pencapaiannya perlu dipertimbangkan oleh setiap guru agar kualitas pembelajaran lebih bemakna. Sebagai contoh, ketika guru hendak mengajar tujuan tertentu melalui metode diskusi, sebenarnya ada tujuan lain yang harus dicapai selain tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materi pembelajaran, misalnya kemampuan siswa untuk mengeluarkan pemdapat atau gagasan melalui bahasa yang benar; atau sikap siswa untuk mau mendengarkan dan mengahargai pendapat orang lain; kemampuan menyimak dan menentukan permasalahan dan lain sebagainya; atau ketika guru menentukan tujuan agar siswa dapat menuliskan sesuatu, maka sesungguhnya ada tujuan lain yang ingin dicapai yaitu menilai kerapian tulisan siswa, ketepatan menuliskan lambang-lambang tulisan, kemampuan siswa mengeluarkan gagasan melalui bahasa tulisan. Dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dalam konteks ini semakin kaya guru menentukan kurikulum tersembunyi, maka akan semakin bagus juga kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Kedua, kurikulum tersembunyi juga dapat diarikan sebagai segala sesuatu yang terjadi tanpa direncanakan terlebih dahulu yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Misalkan, ketika guru akan mengajarkan tentang serangga (binatang insekta), tiba-tiba lewat jendela kelas muncul seekor kupu-kupu masuk ke dalam kelas, nah, kemunculan kupu-kupu yang tidak direncanakan itu merupakan hidden curriculum yang dapat dijadikan awal pembahasan materi pembelajaran. Dengan demikian semakin kaya guru dengan hidden curriculum, maka akan semakin aktual proses pembelajaran.
Sumber: Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar