Senin, 28 November 2016

Kurikulum Ideal dan Kurikulum Aktual



Kurikulum Ideal dan Kurikulum Aktual
Sebagai suatu rencana atau program tertulis, kurikulum merupakan pedoman bagi guru dalam melaksanakan kegiatan belajar menagajar di sekolah. Oleh sebab itu, setiap guru seharusnya melaksanakan kegiatan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Inilah yang dinamakan kurikulum ideal, yaitu kurikulum yang diharapkan dapat dilaksanakan dan berfungsi sebagai acuan dan pedoman guru dalam proses belajar dan mengajar. Oleh karena kurikulum ideal merupakan pedoman bagi guru, maka kurikulum ini juga dinamakan kurikulum formal atau kurikulum tertulis (writen curiculum). Contoh dari kurikulum ini adalah kurikulum sebagai suatu dokumen seperti kurikulum SMU 1989, kurikulum SD 1975 yang berlaku pada tahun itu, dan lain sebagainya.
Sebagai sebuah pedoman, kurikulum ideal memegang peran yang sangat penting dalam merancang pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru dan siswa. Sebab, melalui pedoman tersebut guru minimal dapat menentukan hal-hal sebagai berikut:
1.      Merumuskan tujuan dan kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa. Dapat kita bayangkan tanpa tujuan yang jelas sebagai rambu-rambu, maka guru akan kesulitan menentukan dan merencanakan program pembelajaran.
2.      Menentukan isi atau materi pelajaran yang harus dikuasai untuk mencapai tujuan atau penguasaan kompetensi.
3.      Menyususn strategi pembelajaran untuk guru dan siswa sebagai upaya pencapaian tujuan.
4.      Menentukan keberhasilan pencapaian tujuan atau kompetensi.
Memerhatikan begitu pentingnya keberadaan kurikulum ideal, maka setiap guru dituntut untuk memahami dengan benar kurikulum ideal, baukan hanya tentang tujuan yang harus dicapai akan tetapi berbagai hal yang berhubungan dengan upaya pencapaian tujuan itu sendiri.
Apakah setiap kurikulum ideal dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh guru? Tentunya tidak. Setiap sekolah tidak mungkin dapat melaksanakannya dengan sempurna, karena berbagai alasan. Pertama, bisa atau tidaknya kurikulum ideal diterapkan oleh guru, dapat ditentukan oleh kelengkapan sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah. Misalkan dalam krikulum ditetapkan agar anak memilih kompetensi dalam mengamati micro organisme, maka setiap anak dapat menggunakan microscop. Kalau kurikulum itu diterima sekolah yang telah memiliki peralatan semacam itu, maka tentu saja guru dapat melaksanakannya sesuai dengan tuntutan kurikulum; tetapi seandainya kurikulum itu harus dijadikan pedoman bagi sekolah-sekolah yang tidak memiliki peralatan semacam itu, tentu kurikulum ideal semacam itu tidak mungkin dapat dilakukan.
Kedua, bisa atau tidaknya kurikulum ideal dilaksanakan, akan ditentukan oleh kemampuan guru. Misalnya, kurikulum ideal menuntut agar anak dapat menggunakan komputer untuk belajar, dan sekolah memiliki peralatan komputer dengan lengkap, nah tentu saja peralatan yang lengkap itu tidak mungkin dapat dimanfaatkan sesuai dengan tuntutan kurikulum, manakala guru tidak menguasainya dengan optimal. Jadi, dengan demikian sarana yang lengkap belum menjamin kurikulum ideal dapat dilaksanakan manakala tidak didukung oleh kemampuan guru.
Ketiga, bisa tidaknya kurikulum dilaksanakan oleh setiap guru, juga terganung pada kebijakan setiap sekolah yang bersangkutan. Misalnya, di sekolah tersedia sarana belajar yang lengkap sesuai dengan tuntutan kurikulum, demikian juga halnya dengan kemampuan guru, tetapi dengan alasan bahwa sarana atau alat tersebut merupakan alat yang mahal dan langka misalnya, maka kepala sekolah mengambil kebijakan alat tersebut tidak boleh digunakan, maka tidak mungkin kurikulum dapat dilaksanakan dengan optimal. Nah, dengan demikian kebijakan sekolah juga dapat menentukan bisa atau tidaknya kurikulum ideal dilaksanakan oleh guru.
Ketiga hal tersebut, merupakan faktor yang dapat atau tidaknya kurikulum dilaksanakan oleh setiap guru. Oleh karena berbagai keterbatasan itu, maka guru hanya mungkin dapat menerapkan kurikulum sesuai dengan kondisi yang ada. Inilah yang kemudian dinamakan actual ciruculum atau kurikulum nyata, yakni kurikulum yang secara riil dapat dilaksanakan oleh guru sesuai dengan keadaan dan kondisi yang ada.
Oleh karena kurikulum ideal merupakan pedoman bagi setiap guru khususnya tentang tujuan dan kompetensi yang harus dicapai; sedangkan kurikulum adalah kurikulum yang nyata yang dapat dilaksanakan oleh guru sesuai dengan kondisi yang ada, dengan demikian dapat dipastikan bahwa semakin jauh jarak anatar kurikulum ideal dengan kurikulum aktual, artinya apa yang dikerjakan guru tidak sesuai atau jauh dari rambu-rambunkurikulum ideal maka akan semakin rendah kualitas sekolah. Sebaliknya, semakin dekat jarak antara kurikulum ideal dengan kurikulum aktual. Artinya apa yang dilakukan guru dan siswa sesuai dengan rambu-rambu bahkan melebihi kurikulum ideal sebagai pedoman, maka akan semakin bagus kualitas suatu sekolah atau kualitas pross belajar mengajar.
Misalnya dalam kurikulum ideal diterapkan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam berkomunikasi bahasa Inggris, maka sebaiknya siswa menggunakan laboratorium bahasa. Di sekolah yang memiliki sarana yang lengkap dan kreativitas gurunya bagus, ketika anak belajar bahasa Inggris, bukan hanya menggunakan laboratorium bahasa akan tetapi juga menggunakan native speaker, apa yang akan terjadi? Tentu saja hasil belajar siswa akan lebih baik. sebaliknya, manakala kurikulum itu jauh di sekolah yang tidak memiliki fasilitas seperti laboratorium bahasa, kemudian gurunya tidak kreatif, sehingga pembelajaran akan dilaksanakan seadanya, maka jelas hasil belajar siswa tidak akan optimal. Itulah sebabnya jarak antara kurikulum ideal tidak boleh terlalu jauh dengan kurikulum aktual.
Sumber: Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

4 komentar: