Senin, 28 November 2016

Konsep dan Tujuan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS)



Konsep dan Tujuan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS)
PBAS dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas yang menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang.
Dari konsep tersebut ada dua hal yang harus dipahami. Pertama, dipandang dari sisi proses pembelajaran, PBAS menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal, artinya PBAS menghendaki keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, termasuk emosional dan aktivitas intelektual. Oleh karena itu, kadar PBAS tidak hanya bisa dilihat dari aktifitas fisik saja, akan tetapi juga aktivitas mental dan intelektual. Seorang siswa yang tampaknya hanya mendengarkan saja, tidak berarti memiliki kadar BPAS yang rendah dibandingkan dengan seseorang yang sibuk mencatat. Sebab, mungkin saja yang duduk itu secara mental ia aktif, misalnya menyimak, menganalisis dalam pikirannya, dan menginternalisasi nilai dari setiap informasi yang disampaikan. Sebaliknya, siswa yang sibuk mencatat tak bisa dikatakan memiliki kadar BPAS yang tinggi jika yang bersangkutan hanya sekadar secara fisik aktif mencatat, tidak diikuti aktivitas mental dan emosi.
Kedua, dipandang dari sisi hasil belajar, BPAS menghendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif). Sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Artinya, dalam BPAS pembentukan siswa secara utuh merupakan tujuan utama dalam proses pembelajaran. BPAS tidak menghendaki pembentukan siswa yang secara intelektual cerdas tanpa diimbangi oleh sikap dan keterampilan. Akan tetapi, BPAS bertujuan membentuk siswa yang cerdas sekaligus siswa yang memiliki sikap positif dan secara motorik terampil, misalnya kemampuan menggeneralisasi, kemampuan mengamati, kemampuan mencari data, kemampuan untuk menemukan, menganalisis, mengomunikasikan hasil penemuan, dan lain sebagainya. Aspek-aspek semacam inilah yang diharapkan dapat dihasilkan dari pendekatan BPAS.
Dari konsep di atas, maka jelas bahwa pendekatan BPAS berbeda dengan proses pembelajaran yang selama ini banyak berlangsung. Selama ini proses pembelajaran banyak diarahkan kepada proses penghafalan informasi yang disajikan guru. Ukuran keberhasilan pembelajaran adalah sejauh mana siswa dapat menguasai materi pembelajaran; apakah materi itu dipahami untuk kebutuhan hidup setiap siswa, apakah siswa dapat menangkap hubungan materi yang dihafal itu dengan pengembangan kompetensi yang dimilikinya, bukan tidak menjadi soal, yang penting siswa dapat mengungkapakan kembali apa yang telah dipelajarinya. Oleh sebab itu, tidak heran kalau proses pemebelajaran yang selama ini digunakan tidak memperhatikan hakikat mata pelajaran yang disajikan. Misalnya, untuk pelajaran agama dan PMP yang mestinya diarahkan untuk mengembangkan sikap dan nilai-nilai kehidupan sebagai bekal untuk dapat bertindak dan berperilaku di masyarakat sesuai dengan norma-norma atau sistem nilai yang berlaku, tidak pernah terjadi. Kedua mata pelajaran ini berfungsi sama dengan mata pelajaran lain, yaitu mengembangkan intelektual siswa dengan menghafal materi pelajaran. Dari penjelasan di atas, maka BPAS sebagai salah satu bentuk inovasi dalam memperbaiki kualitas proses belajar mandiri dan kreatif, sehingga ia dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat menunjang terbentuknya kepribadian yang mandiri. Dengan kemampuan itu diharapkan lulusan menjadi anggota masyarakat yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang dicita-citakan. Sedangkan, secara khusus pendekatan BPAS bertujuan, pertama, meningkatakan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna. Artinya, melalui BPAS siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi, tetapi juga bagaimana memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya. Kedua, mengembanngkan seluruh potensi yang dimilikinya. Artinya, melalui BPAS diharapkan tidak hanya kemampuan intelektual saja yang berkembang, tetapi juga seluruh pribadi siswa termasuk sikap danmental.
Dihubungkan dengan tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai yang bukan hanya membentuk manusia yang cerdas, akan tetapi juga yang lebih penting adalah membentuk manusia yang bertakwa dan memiliki keterampilan disamping memiliki sikap budi pekerti yang luhur, maka BPAS merupakan pendekatan yang sangat cocok untuk dikembangkan. Tinggal sekarang, bagaimana menerapkan konsep BPAS ini dalam sistem pembelajaran.
Sumber: Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar