Senin, 14 November 2016

Filsafat Immanuel Kant (1724-1804)



Filsafat Immanuel Kant (1724-1804)
Filsafat kant dikenal sebagai filsafat kritis sebagai lawan dari filsafat diagmatis. Sekalipun demikian seseungguhnya filsafat kritis dan Kant tersebut adalah priode kedua pemikiran Kant. Seperti yang diungkapakan oleh Bertens, kehidupan Kant sebagai filsuf dapat dibagi atas dua priode, yakni zaman praktis dan zaman kritis.
Dalam zaman prakritis, Kant menganut pendirian rasionalistis yang dilancarkan oleh Wolff dan kawan-kawannya. Akibat pengeruh dari David Hume (1771-1776), berangsur-angsur Kant meninggalkan rasionalismenya. Ia sendiri mengatakan bahwa Humelah yang membangunkan dia dari tidur dogmatisnya. Setelah itu, Kant mulai mengubah pandangan filsafatnya menjadi pandangan yang bersifat kritis.
Hume sendiri dalam filsafat dikenal sebagai tokoh empirisme, suatu aliran yang bertentangan dengan rasionalisme. Empirisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan manusia bukan rasio, melainkan pengalaman (empiris) tepatnya pengalaman yang berasala dari pengalaman inderawi.
Filsafat Kant merupakan sintetis dari rasionalisme dan empirisme itu. Teori-teori empirisme Kant menyatakan bahwa segala pengetahuan berasal dari objek yang baru bermakna apabila ditopang perang subjek. Sinegritas keduanya melahirkan pemikiran kritisme yang dimulai dengan perjalanan yang dilakukan dengan terlebih dahulu menyelidiki kemampuan dan batas rasio. Kant adalah filsuf yang pertama mengusahakan penyelidikan ini. Para filsuf yang tergolong dalam dogmatisme sebelumnya meyakini kemampuan rasio tanpa penyelidikan terlebih dahulu. Kant menyelidiki unsur-unsur mana dalam pemikiran manusia yang berasal dari rasio (sudah ada terlebih dahulu tanpa dibantu oleh pengalaman) dan mana yang murni dari empiris.
Sumber: Aburaera, Sukarno dkk. 2013. Filsafat Hukum: Teori dan Praktek. Jakarta: Prenada Media.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar