Senin, 10 Oktober 2016

Islam, Etika Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan



Islam, Etika Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan
Oleh: Ukhti Rusniawati

َلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”.
(Qs. Al-A’raf:56)
Dalam surat Al-A’raf ayat 56 ini memberikan isyarat kepada manusia agar tidak berbuat kerusakan dimuka bumi dan mencemarinya.
Allah memerintahkan manusia untuk tidak menjadi penyebab dari kehancuran dan kerusakan bumi.
Dasar Etika Lingkungan
 اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَسَخَّرَ لَكُمُ الأنْهَارَ
وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا إِنَّ الإنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّار
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.
dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.
. dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Qs. Ibrahim : 32-34)
Manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi memiliki syarat-syarat istikhlaf, yaitu menjaga dan memelihara seluruh nikmat yang dikaruniakan Allah swt, memelihara dan melestarikannya, menggunakan nikmat Allah dengan sebaik-baiknya dalam rangka memenuhi kebutuhan semua generasi.
Membangun Tanpa Menggusur
ُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَنْدَادًا ۚذَٰلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ
وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِلسَّائِلِينَ
“Katakanlah : Sesungguhnya patutkah kamu orang kafir (ingkar) kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakah sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian itu adalah rabb semesta alam.
Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh diatasnya. Dia memberkahinya dan dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.”
(Qs. al-fushilat:9-10)
Penjelasan Qs. Al-Fushilat : 9-10
Sumber makanan makhluk di bumi ini sudah ditetapkan dan tidak akan pernah habis. Manusia wajib memastikan ini dan berusaha menggunakan hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah swt untuk mendapatkan rezekinya.
Keserakahan terjadi sekiranya manusia khawatir rezeki di bumi ini akan habis dan manusia akan mati kelaparan.Hal ini terlihat pada tindakan predator yang menggusur rakyat atas nama pembangunan. Atau dalih kebijakan pemerintah yang membatasi angka kelahiran pada kaum muslimi, sehingga mereka pun menjauh dari kebenaran
al-Qur’an.
Islam dan ilmu pengetahuan memberikan solusi agar umat terhindar dari kehancuran dan tetap bertahan dibumi, yaitu :
1.            Memiliki nilai-nilai moral dan sosial yang mengatur hubungan kelompok itu, baik internal maupun hubungan dengan kelompok lin, dan juga mengatur perilaku individu yang ada didalamnya.
2.            Memiliki sumber nutrisi sendiri, sehingga dapat menjaga hidup dan kemuliaannya, tidak menjadi mangsa dari bangsa-bangsa lain dan selamat dari cengkraman ekonomi bangsa lain.
3.            Memiliki kekuatan yang mampu menjaga generasi dan akidahnya, menciptakan stabilitas dan rasa nyaman bagi para anggotanya dan memiliki sumber  daya manusia yang memadai.
Pembangunan Berkelanjutan
Landasan utama pembangunan adalah Tauhid, Rububiyah, khilafah dan takziyah (penyucian).
Dengan mengimplementasikan empat nilai utama ini, maka penyelanggaraan pembangunan dapat memenuhi kebutuhan umat manusia saat ini, tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya.
Pembangunan selalu memperhatikan dua gagasan penting, yaitu:
1.            Gagasan  kebutuhan esensial untuk memberlanjutkan kehidupan manusia.
2.            Gagasan keterbatasan yang bersumber pada kondisi teknologi dan organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan kini dan hari depan.
Konsep pembangunan berkelanjutan terdapat perpaduan dua kata yang kontradiktif.
·         “Pembangunan” (development) yang menghendaki perubahan dan pemanfaatan sumber daya alam
·         “berkelanjutan” (sustainable) yang berarti tidak boleh mengubah (lestari) di dalam proses pembangunan.
Konsep pembanguan berkelanjutan sejauh ini telah dilaksanakan dalam berbagai bidang, seperti : Pertanian, Peternakan, Perindustrian, Energi dan lainnya.
Tujuan yang harus dicapai untuk keberlanjutan pembangunan adalah keberlanjutan ekologis, ekonomi, dan sosial.
APA FAKTOR PENDUKUNG PEMBANGUNAN BERKELANJUTANN
Terpeliharanya proses ekologi yang esensial, seperti proses fotosintesis dan pengadilan populasi.
Menjaga kelangsungan hidup dibumi dengan banyak menanam, sehingga mampu menghasilkan oksigen dan ozon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar