Islam, Etika Lingkungan
dan Pembangunan Berkelanjutan
Oleh: Ukhti Rusniawati
َلَا تُفْسِدُوا فِي
الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ
اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat
kepada orang-orang yang berbuat baik”.
(Qs. Al-A’raf:56)
Dalam surat Al-A’raf ayat 56 ini memberikan
isyarat kepada manusia agar tidak berbuat kerusakan dimuka bumi dan
mencemarinya.
Allah memerintahkan manusia untuk tidak menjadi
penyebab dari kehancuran dan kerusakan bumi.
Dasar Etika Lingkungan
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ
الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِي الْبَحْرِ
بِأَمْرِهِ وَسَخَّرَ لَكُمُ الأنْهَارَ
وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا إِنَّ الإنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّار
وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا إِنَّ الإنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّار
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan
air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai
buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu
supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah
menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.
dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu
matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah
menundukkan bagimu malam dan siang.
. dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Qs. Ibrahim : 32-34)
. dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Qs. Ibrahim : 32-34)
Manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi memiliki
syarat-syarat istikhlaf, yaitu menjaga dan memelihara seluruh
nikmat yang dikaruniakan Allah swt, memelihara dan melestarikannya, menggunakan
nikmat Allah dengan sebaik-baiknya dalam rangka memenuhi kebutuhan semua generasi.
Membangun Tanpa Menggusur
ُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ
الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَنْدَادًا ۚذَٰلِكَ رَبُّ
الْعَالَمِينَ
وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَارَكَ
فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً
لِلسَّائِلِينَ
“Katakanlah : Sesungguhnya patutkah kamu orang
kafir (ingkar) kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakah
sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian itu adalah rabb semesta alam.
Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung
yang kokoh diatasnya. Dia memberkahinya dan dia menentukan padanya kadar
makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (penjelasan itu sebagai
jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.”
(Qs. al-fushilat:9-10)
Penjelasan Qs. Al-Fushilat : 9-10
Sumber makanan makhluk di bumi ini sudah
ditetapkan dan tidak akan pernah habis. Manusia wajib memastikan ini dan
berusaha menggunakan hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah swt untuk
mendapatkan rezekinya.
Keserakahan terjadi sekiranya manusia khawatir
rezeki di bumi ini akan habis dan manusia akan mati kelaparan.Hal ini terlihat
pada tindakan predator yang menggusur rakyat atas nama pembangunan. Atau dalih
kebijakan pemerintah yang membatasi angka kelahiran pada kaum muslimi, sehingga
mereka pun menjauh dari kebenaran
al-Qur’an.
Islam dan ilmu pengetahuan memberikan solusi
agar umat terhindar dari kehancuran dan tetap bertahan dibumi, yaitu :
1. Memiliki
nilai-nilai moral dan sosial yang mengatur hubungan kelompok itu, baik internal
maupun hubungan dengan kelompok lin, dan juga mengatur perilaku individu yang
ada didalamnya.
2. Memiliki
sumber nutrisi sendiri, sehingga dapat menjaga hidup dan kemuliaannya, tidak
menjadi mangsa dari bangsa-bangsa lain dan selamat dari cengkraman ekonomi
bangsa lain.
3. Memiliki
kekuatan yang mampu menjaga generasi dan akidahnya, menciptakan stabilitas dan
rasa nyaman bagi para anggotanya dan memiliki sumber daya manusia yang memadai.
Pembangunan Berkelanjutan
Landasan utama pembangunan adalah Tauhid,
Rububiyah, khilafah dan takziyah (penyucian).
Dengan mengimplementasikan empat nilai utama
ini, maka penyelanggaraan pembangunan dapat memenuhi kebutuhan umat manusia
saat ini, tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi
kebutuhannya.
Pembangunan selalu memperhatikan dua gagasan
penting, yaitu:
1. Gagasan kebutuhan esensial untuk memberlanjutkan
kehidupan manusia.
2. Gagasan
keterbatasan yang bersumber pada kondisi teknologi dan organisasi sosial
terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan kini dan hari depan.
Konsep pembangunan berkelanjutan terdapat
perpaduan dua kata yang kontradiktif.
·
“Pembangunan”
(development) yang menghendaki perubahan dan pemanfaatan sumber daya
alam
·
“berkelanjutan”
(sustainable) yang berarti tidak boleh mengubah (lestari) di dalam
proses pembangunan.
Konsep pembanguan
berkelanjutan sejauh ini telah dilaksanakan dalam berbagai bidang, seperti :
Pertanian, Peternakan, Perindustrian, Energi dan lainnya.
Tujuan yang harus
dicapai untuk keberlanjutan pembangunan adalah keberlanjutan ekologis, ekonomi,
dan sosial.
APA FAKTOR PENDUKUNG
PEMBANGUNAN BERKELANJUTANN
Terpeliharanya proses ekologi yang esensial, seperti proses fotosintesis dan
pengadilan populasi.
Menjaga kelangsungan
hidup dibumi dengan banyak menanam, sehingga mampu menghasilkan oksigen dan
ozon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar