Senin, 10 Oktober 2016

Analisis Movie



Keterkaitan Bee Movie dengan Teori Karl Marx
            Bee Movie bercerita tentang seekor lebah (yang bernama Berry) yang akan berkerja di sebuah perusahaan yang memproduksi madu. Ia menemukan kejanggalan tentang sebagian lebah yang mendapat tugas penyerbukan yang pernah kembali lagi. Ia memikirkan permasalahan tersebut sehingga mengikuti penerbangan di luar bersama petugas penyerbukan (tepung sari). Ia menemukan sebab kenapa para lebah tidak pernah kembali, yaitu sebuah misi "semakin banyak menyebarkan serbuk sari, semakin banyak nectar dan semakin banyak menghasilkan madu”. Misi tersebut sama dengan misi kaum kapitalis yang mengungkapkan bahwa “semakin banyak mengeksploitasi buruh, maka semakin banyak komoditi yang dihasilkan dan semakin banyak pula keuntungan bagi kaum kapitalis”. Kapitalisme  adalah sistem kekuasaan serta proses mengekploitasi para pekerja. Kapitalis adalah orang-orang yang memiliki alat-alat produksi serta modal. Kapital adalah uang yang menghasilkan lebih banyak uang. Di dalam sistem ekonomi kapitalis inilah segelintir orang mendapat keuntungan sangat besar sementara sebagian orang lainya bekerja membanting tulang dalam jam kerja yang panjang dan mendapatkan upah yang rendah. Namun Marx mengungkapkan bahwa kapital bukan hanya itu, kapital juga merupakan sebuah relasi sosial tertentu. Kapital tidak bisa meningkat kecuali dengan mengeksploitasi orang-orang yang bekerja secara sungguh-sungguh. Dalam hal ini, lebah sebagai para buruh yang dieksploitasi tenaganya untuk memproduksi komiditi demi kepentingan para pemilik modal. Para lebah yang melakukan penyerbukan bekerja tanpa henti, dieksploitasi dan ditindas untuk kepentingan perusahaan madu.
Singkat cerita, Berry dan Vanessa (seorang manusia) berteman. Sesudah Berry berkeliling kota untuk mencari kepastian yang sebenarnya yang terjadi pada madu, Berry menemukan fakta bahwa sebenarnya manusia telah mencuri madu dari tangan lebah selama berabad-abad. Manusia membuat perusahaan produksi madu, padahal manusia tidak pernah menghasilkan madu. Lebahlah yang memproduksi madu, tapi manusia membuat pengakuan bahwa mereka yang memproduksi madu. Dalam film ini, peran lebah sama seperti para kaum buruh dalam dunia kapitalis yang mengalami keterasingan (alienasi) dari produk yang diciptakannya. Teori Marx yang menunjukan alienasi adalah “proposisi bahwa kelangsungan hidup manusia serta pemenehan kebutuhannya bergantung pada kegiatan produktif dimana secara aktif orang terlibat dalam mengubah lingkungan alamnya. Namun kegiatan produktif itu mempunyai akibat yang ironis, karena begitu individu mencurahkan tenaga kreatifnya itu ala kegiatan produktif, maka produk-produk dari kegiatan ini memiliki sifat sebagai benda obyektif  yang terlepas dari manusia yang membuatnya. Karena kegiatan produktif meliputi penggunaan tenaga manusia dan kemampuan kreatifnya, maka produk-produk yang diciptakan itu sebenarnya mewujudkan sebagian dari ‘hakikat manusia’  itu. Kaum buruh banyak yang mengalami keterasingan atau Alienasi. Mereka tidak puas, tidak bahagia, dan tidak dapat mengembangkan kreatifitasnya.  Juga mereka memproduksi barang yang mereka hasilkan namun bukan menjadi mereka. Bahkan untuk dapat memilikinya, mereka harus menggunakan upah mereka yang dipotong untuk kapitalis dan ditimbun untuk kepentingan pribadi. Para buruh merasa tidak betah dan tidak sejahtera karena apa yang mereka kerjakan tidak sebanding dengan upah yang diterima. Teralienasi oleh orang lain yaitu para buruh dijauhkan dari kontak sosial seperti dijauhkan dari rekan-rekan kerjanya ketika bekerja , para buruh tidak boleh berbincang oleh rekan-rekan kerjanya. Hal inilah yang menyebabkan mereka tertekan dan merasa seperti terasingkan. Menurut Marx alienasi terdari tiga unsur dasar:
1.         Para pekerja di dalam masyarakat kapitalis teralienasi dari aktivitas produktif mereka.
2.         Pekerja tidak hanya teralienasi dari aktivitas-aktivitas produktif, akan tetapi juga dari tujuan aktivitas-aktivitas tersebut. Produk kerja mereka tidak menjadi milik mereka, melainkan menjadi milik para kapitalis yang mungkin saja menggunakan cara-cara yang mereka inginkan, karena produk merupakan hak milik pribadi para kapitalis. Marx menyatakan kepada kita “ hak milik pribadi adalah produk, hasil, dan dampak-dampak yang punya nilai dan harga yang dihasilkan dari kerja yang teralienasi.” Kapitalis akan menggunakan hak miliknya untuk menjual produk demi mendapatkan keuntungan.
3.         Para pekerja di dalam kapitalisme teralienasi dari sesama pekerja. Asumsi Marx adalah bahwa manusia pada dasarnya membutuhkan dan menginginkan bekerja secara kooperatif untuk mengambil apa yang mereka butuhkan dari alam untuk terus bertahan.
            Setelah mengetahui kenyataan tersebut, Berry kemudia menuntut manusia atas pencuria, perampasan dan kepemilikian madu secara ilegal. Label produksi, kepemilikan, penjualan serta keuntungan seharusnya menjadi milik para lebah. Menurutnya, manusia telah melakukan penyiksaan, penindasan dan kekerasan terhadap kaum lebah yang telah memproduksi madu, sedangkan manusia sendiri menghambur-hamburkan banyak madu. Akhirnya Berry memenangkan tuntutannya. Semua madu dikembalikan pada kaum lebah dan kaum lebah mendapatkan ganti rugi. Disinilah terjadi konflik kepentingan antarkelas, dimana para lebah mempunyai kepentingan yang berlainan dengan manusia. Para lebah mempunyai kepentingan untuk memperoleh upah yang sebesar-besarnya, jam kerja yang sedikit, mendapatkan hak atas produk yang mereka ciptakan, serta mengambil alih produksi madu. Sedangkan manusia memiliki kepentingan untuk memperoleh madu sebanyak-banyaknya agar dapat dijual dan menghasilkan keuntungan yang besar. Konflik ini membentuk kelas-kelas. Ada dua macam kelas yang ditemukan Marx dalam kapitalis: kelas borjuis, merupakan kelas para pemolik modal dan pemilik alat produksi. Dan yang kedua adalah kelas proletar, kelas para buruh yang tidak memiliki modal maupun alat produksi, menggunakan tenaganya untuk bekerja pada kaum proletariat dengan upah yang minim. Para lebah sebagai para proletariat, sedangkan manusia sebagai kaum borjuis.
Dalam hal ini, bukan hanya terjadi pembagian kelas antara para lebah dan manusia, namun juga terjadi kesadaran kelas dari para lebah. Dimana para lebah sudah menyadari peran yang sebenarnya dalam kegiatan ekonomi, mereka telah bangkit dari kasadaran palsu. Besarnya belenggu penindasan terhadap para lebah telah membuat para lebah melakukan perjuangan kelas. Mereka melakukan sebuah revolusi dengan cara merampas kekuasaan dari tangan manusia. Ini merupakan harapan Marx agar kelas proletar menjadi kelas penguasa apabila mampu merampas kekuasaan dan kedudukan kelas borjuis dan memusatkan peralatan-peralatan produksi dalam tangan kaum proletariat.
      Kejadian itu malah berakibat fatal bagi manusia dan lingkungan alam sekitar. Karena kaum lebah semakin bermalas-malasan untuk memproduksi  sehingga bunga pun menjadi layu dan Vanessa tidak dapat berjualan bunga lagi. Oleh sebab itu, Berry yang saat itu sudah berprofesi sebagai pengacara mencari solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut. Salah satu caranya, yakni dengan menggalakkan semangat kerja lagi kepada kaum lebah. Akhirnya, Vanessa dapat berjualan bunga lagi serta memperoleh label legal dari Berry. Solusi yang dilakukan Berry seperti solusi yang dilakukan oleh Marx untuk keluar dari sistem kapitalisme yang menjerat para kaum proletar dengan membuat sistem yang baru yaitu komunisme. Komunisme menurut Marx merupakan solusi dari permasalahan ekonomi agar adanya terjadi kesetaraan dan terciptanya masyarakat tanpa kelas. Masyarakat tanpa kelas merupakan hasil dari perjuangan kaum proletar untuk menghapus jurang pemisah diantara kelas sosial. Dengan terwujudnya kondisi tersebut, sistem kekuasaan tidak lagi berfungsi sebagai alat untuk menindas suatu golongan. Perjuangan kelas seperti itu berakhir melalui penghapusan sistem kapitalisme dan terwujudnya masyarakat tanpa kelas (komunisme).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar