Keterkaitan Bee Movie dengan Teori Karl Marx
Bee Movie
bercerita tentang seekor lebah (yang bernama Berry) yang akan berkerja di
sebuah perusahaan yang memproduksi madu. Ia menemukan kejanggalan tentang sebagian
lebah yang mendapat tugas penyerbukan yang pernah kembali lagi. Ia memikirkan
permasalahan tersebut sehingga mengikuti penerbangan di luar bersama petugas
penyerbukan (tepung sari). Ia menemukan sebab kenapa para lebah tidak pernah
kembali, yaitu sebuah misi "semakin banyak menyebarkan serbuk sari,
semakin banyak nectar dan semakin banyak menghasilkan madu”. Misi tersebut sama
dengan misi kaum kapitalis yang mengungkapkan bahwa “semakin banyak
mengeksploitasi buruh, maka semakin banyak komoditi yang dihasilkan dan semakin
banyak pula keuntungan bagi kaum kapitalis”. Kapitalisme
adalah sistem kekuasaan serta proses mengekploitasi para pekerja.
Kapitalis adalah orang-orang yang memiliki alat-alat produksi serta modal.
Kapital adalah uang yang menghasilkan lebih banyak uang. Di dalam sistem
ekonomi kapitalis inilah segelintir orang mendapat keuntungan sangat besar
sementara sebagian orang lainya bekerja membanting tulang dalam jam kerja yang
panjang dan mendapatkan upah yang rendah. Namun Marx mengungkapkan bahwa
kapital bukan hanya itu, kapital juga merupakan sebuah relasi sosial tertentu.
Kapital tidak bisa meningkat kecuali dengan mengeksploitasi orang-orang yang
bekerja secara sungguh-sungguh. Dalam hal ini, lebah sebagai para buruh yang
dieksploitasi tenaganya untuk memproduksi komiditi demi kepentingan para
pemilik modal. Para lebah yang melakukan penyerbukan bekerja tanpa henti,
dieksploitasi dan ditindas untuk kepentingan perusahaan madu.
Singkat cerita,
Berry dan Vanessa (seorang manusia) berteman. Sesudah Berry berkeliling kota
untuk mencari kepastian yang sebenarnya yang terjadi pada madu, Berry menemukan
fakta bahwa sebenarnya manusia telah mencuri madu dari tangan lebah selama
berabad-abad. Manusia membuat perusahaan produksi madu, padahal manusia tidak
pernah menghasilkan madu. Lebahlah yang memproduksi madu, tapi manusia membuat
pengakuan bahwa mereka yang memproduksi madu. Dalam film ini, peran lebah sama
seperti para kaum buruh dalam dunia kapitalis yang mengalami keterasingan
(alienasi) dari produk yang diciptakannya. Teori Marx yang menunjukan alienasi
adalah “proposisi bahwa
kelangsungan hidup manusia serta pemenehan kebutuhannya bergantung pada
kegiatan produktif dimana secara aktif orang terlibat dalam mengubah lingkungan
alamnya. Namun kegiatan produktif itu mempunyai akibat yang ironis, karena
begitu individu mencurahkan tenaga kreatifnya itu ala kegiatan produktif, maka
produk-produk dari kegiatan ini memiliki sifat sebagai benda obyektif
yang terlepas dari manusia yang membuatnya. Karena kegiatan produktif meliputi
penggunaan tenaga manusia dan kemampuan kreatifnya, maka produk-produk yang
diciptakan itu sebenarnya mewujudkan sebagian dari ‘hakikat manusia’ itu. Kaum
buruh banyak yang mengalami keterasingan atau Alienasi. Mereka tidak puas,
tidak bahagia, dan tidak dapat mengembangkan kreatifitasnya. Juga mereka
memproduksi barang yang mereka hasilkan namun bukan menjadi mereka. Bahkan
untuk dapat memilikinya, mereka harus menggunakan upah mereka yang dipotong
untuk kapitalis dan ditimbun untuk kepentingan pribadi. Para buruh merasa tidak
betah dan tidak sejahtera karena apa yang mereka kerjakan tidak sebanding
dengan upah yang diterima. Teralienasi oleh orang lain yaitu para buruh
dijauhkan dari kontak sosial seperti dijauhkan dari rekan-rekan kerjanya ketika
bekerja , para buruh tidak boleh berbincang oleh rekan-rekan kerjanya. Hal
inilah yang menyebabkan mereka tertekan dan merasa seperti terasingkan. Menurut Marx alienasi terdari tiga unsur
dasar:
1.
Para pekerja di dalam masyarakat kapitalis teralienasi dari aktivitas produktif
mereka.
2.
Pekerja tidak hanya teralienasi dari
aktivitas-aktivitas produktif, akan tetapi juga dari tujuan aktivitas-aktivitas
tersebut. Produk kerja mereka tidak menjadi milik mereka, melainkan menjadi
milik para kapitalis yang mungkin saja menggunakan cara-cara yang mereka
inginkan, karena produk merupakan hak milik pribadi para kapitalis. Marx
menyatakan kepada kita “ hak milik pribadi adalah produk, hasil, dan
dampak-dampak yang punya nilai dan harga yang dihasilkan dari kerja yang
teralienasi.” Kapitalis akan menggunakan hak miliknya untuk menjual produk demi
mendapatkan keuntungan.
3.
Para pekerja di dalam kapitalisme teralienasi dari sesama pekerja. Asumsi Marx
adalah bahwa manusia pada dasarnya membutuhkan dan menginginkan bekerja secara
kooperatif untuk mengambil apa yang mereka butuhkan dari alam untuk terus
bertahan.
Setelah
mengetahui kenyataan tersebut, Berry kemudia menuntut manusia atas pencuria,
perampasan dan kepemilikian madu secara ilegal. Label produksi, kepemilikan,
penjualan serta keuntungan seharusnya menjadi milik para lebah. Menurutnya,
manusia telah melakukan penyiksaan, penindasan dan kekerasan terhadap kaum
lebah yang telah memproduksi madu, sedangkan manusia sendiri
menghambur-hamburkan banyak madu. Akhirnya Berry memenangkan tuntutannya. Semua
madu dikembalikan pada kaum lebah dan kaum lebah mendapatkan ganti rugi. Disinilah
terjadi konflik kepentingan antarkelas, dimana para lebah mempunyai kepentingan
yang berlainan dengan manusia. Para lebah mempunyai kepentingan untuk
memperoleh upah yang sebesar-besarnya, jam kerja yang sedikit, mendapatkan hak
atas produk yang mereka ciptakan, serta mengambil alih produksi madu. Sedangkan
manusia memiliki kepentingan untuk memperoleh madu sebanyak-banyaknya agar
dapat dijual dan menghasilkan keuntungan yang besar. Konflik ini membentuk
kelas-kelas. Ada dua macam kelas yang ditemukan Marx dalam kapitalis:
kelas borjuis, merupakan kelas para pemolik modal dan pemilik alat produksi. Dan
yang kedua adalah kelas proletar, kelas para buruh yang tidak memiliki modal
maupun alat produksi, menggunakan tenaganya untuk bekerja pada kaum proletariat
dengan upah yang minim. Para lebah sebagai para proletariat, sedangkan manusia
sebagai kaum borjuis.
Dalam
hal ini, bukan hanya terjadi pembagian kelas antara para lebah dan manusia,
namun juga terjadi kesadaran kelas dari para lebah. Dimana para lebah sudah
menyadari peran yang sebenarnya dalam kegiatan ekonomi, mereka telah bangkit
dari kasadaran palsu. Besarnya belenggu penindasan terhadap para lebah telah
membuat para lebah melakukan perjuangan kelas. Mereka melakukan sebuah revolusi
dengan cara merampas kekuasaan dari tangan manusia. Ini merupakan harapan Marx
agar kelas proletar menjadi kelas penguasa apabila mampu merampas kekuasaan dan
kedudukan kelas borjuis dan memusatkan peralatan-peralatan produksi dalam
tangan kaum proletariat.
Kejadian itu malah berakibat
fatal bagi manusia dan lingkungan alam sekitar. Karena kaum lebah semakin
bermalas-malasan untuk memproduksi sehingga bunga pun menjadi layu dan
Vanessa tidak dapat berjualan bunga lagi. Oleh sebab itu, Berry yang saat itu
sudah berprofesi sebagai pengacara mencari solusi untuk memecahkan permasalahan
tersebut. Salah satu caranya, yakni dengan menggalakkan semangat kerja lagi
kepada kaum lebah. Akhirnya, Vanessa dapat berjualan bunga lagi serta
memperoleh label legal dari Berry. Solusi yang dilakukan Berry seperti solusi
yang dilakukan oleh Marx untuk keluar dari sistem kapitalisme yang menjerat
para kaum proletar dengan membuat sistem yang baru yaitu komunisme. Komunisme
menurut Marx merupakan solusi dari permasalahan ekonomi agar adanya terjadi
kesetaraan dan terciptanya masyarakat tanpa kelas. Masyarakat tanpa kelas
merupakan hasil dari perjuangan kaum proletar untuk menghapus jurang pemisah
diantara kelas sosial. Dengan terwujudnya kondisi tersebut, sistem kekuasaan
tidak lagi berfungsi sebagai alat untuk menindas suatu golongan. Perjuangan
kelas seperti itu berakhir melalui penghapusan sistem kapitalisme dan
terwujudnya masyarakat tanpa kelas (komunisme).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar